Sabtu, 11 April 2009

Pemimpin dan Kebangkitan Rohani


Selalu semakin jelas untuk saya bahwa para pemimpin jaman sekarang harus mulai menjadi pemandu sorak, pendukung, dan pemberi dorongan. Ketimbang menjadi hakim, kritikus dan penilai.
Namun sayang, hampir tidak mungkin bagi orang untuk memainkan semua peran ini jika mereka tidak senang dengan diri mereka sendiri, meskipun secara realita tidak mereka sadari. Atau sebenarnya mereka sadari bahwa sebenarnya jika mereka mau merenung mereka juga tidak senang pada diri mereka sendiri. Terhadap segala hal yang mereka lakukan dan putuskan. Namun mereka tidak mau merubahnya, karena hal itu mereka anggap cara yang paling efektif untuk meraih tujuan mereka



Secara pribadi saya percaya bahwa cara paling cepat juga ampuh bagi individu untuk meningkatkan harga diri mereka dan menjadi orang yang lebih penuh kasih serta menerima adalah dengan mengalami “ kebangkitan rohani “.

Umpamanya, kita terima fakta bahwa kita memiliki kasih tanpa syarat dari Tuhan. Bahwa kita tidak mungkin cukup mencapai, cukup menjual, cukup membangun, atau cukup memiliki. Untuk mendapatkan lebih banyak kasih, kita sudah memiliki seluruh kasih yang ada. Jika kita mengetahui kebenaran ini, apakah kita kan menjadi pemandu sorak, pendukung, dan pemberi dorongan yang lebih baik bagi orang – orang kita ? Saya rasa demikian.

Namun hal itu terkadang tertutup oleh ego dan kebanggaan kita pribadi tentang apa yang pernah kita raih dalam satu waktu, dan tidak secara continue. Namun selalu itu dan itu saja yang dapat selalu kita tonjolkan dibanding kekurangan kita yang kita temui setiap hari.Namun tidak pernah ada pengakuan disana.
Meskipun bangga dengan prestasi Anda itu sehat dan dapat dibenarkan. Namun..apakah itu kebanggan sejati…?

Karena ada juga kebanggaan palsu yang merusak citra orang. Mereka pikir merekalah yang pantas mendapatkan segala kreditnya, bahwa merekalah sumber segala gagasan nya dan pekerjaan merekalah yang tepenting.Tidak ada yang lebih cepat membuat pemimpin menyimpang dari jalurnya ketimbang “ kepala besar “ serta kebanggaan palsu.

Harga diri adalah soal membagi kredit. Orang yang harus mendapatkan seluruh kreditnya dan bersikap seolah – olah hanya merekalah yang penting sebenarnya menutup – nutupi peresan “ aku tidak ada apa – apa nya “.

Umpamanya, besok Anda tersambar petir sehingga harga diri Anda naik 200 persen. Apakah sikap Anda akan berubah ? Tentu. Apakah Anda mau membagi kreditnya dengan orang lain ? Tentu. Apakah mereka akan berprestasi lebih baik karenanya ? Pasti lah.

Mari berharap tersambar petir ! Agar Anda rela membagi kebanggaan dengan bawahan Anda

Dan mari Anda dan saya menjadi makhluk rohaniah yang mengalami pengalaman manusiawi, agar kita bisa berbagi.
dan .
Siapkah Anda....
Sampai bertemu di puncak sukses


0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution